Detik terlewati tanpa terasa setahun kemudian mengantarkan kita ke gerbang masa ini. Kisah yang terlewati akhirnya akan menjadi cerita sejarah masa lalu yang mungkin kadang tak patut untuk dikenang. Namun semua akan menjadi pelajaran berharga untuk tetap hidup dalam jalur yang semestinya kita tempuh, menuju tempat yang telah kita rencanakan.
Aku sedih di akhir tahun ini tak ada dirimu yang menemaniku, melewati detik pergantian yang seharusnya menjadi momen terbaik merefleksi diri ke depan.
Aku merasa sebagai orang yang begitu lemah dan teramat bodoh. Aku seperti MAlaikat yang tak mampu terbang dengan sayap-sayap putih indahnya. Aku bahkan tak lebih baik dari Iblis yang hanya bisa menggoda seorang Manusia untuk mengingkari Tuhannya.
Aku tak mampu berkata bahwa aku membutuhkanmu, karena kutahu kau tak akan percaya bahkan tak akan peduli dengan ucapan itu. Aku hanya berharap akan secercah cahaya yang masih kau sisakan buatku dalam gelap hatimu yang membutakan kedua matamu.
AKu mungkin bisa kembali terbang sebagai Malikat atau bahkan menjadi Manusia yang mampu membuat Iblis tersungkur dalam derita penyesalannya. Tapi saat ini aku tak lebih dari seorang pecundang yang merelakan semua berakhir tanpa sebuah usaha. Membuatmu pergi tanpa kata untuk kembali.
Sungguh malam ini menjadi refleksi buatku untuk kembali mebuka lembar hidup yang mesti tetap aku jalani. Sebuah senyuman mungkin baik untuk mengawali semua. Tapi aku harap tak hanya aku yang tersenyum sehingga membuatku tampak sendiri. aku ingin kau ada dan tersenyum buatku. Sperti kala itu, kau senyum tersipu dengan lugu. Senyum yang kau lontarkan buatku.
Tuhan, jika memang sosokku tak begitu hina untuk meminta kepadamu.
Aku inginkan senyuman itu dilontarkan untukku. Mengawali langkah dalam memulai cerita di tahun ini.
Aku ingin peluk erat dari pelupuk matanya yang sayup.
Aku ingin tangisan dari bening matanya yang khawatir akan diriku.
Aku ingin lontaran kasih sayang yang selau terucap dari bibirnya yang membuatku rindu.
Aku ingin pukulan hangat yang menandakan cinta dalam setiap perjumpaanku dengannya.
Aku ingin hidup untuknya dan bersamanya. Melewati ambang masa terakhirku sebelum menghadap kehadirat-Mu.
Aku sedih di akhir tahun ini tak ada dirimu yang menemaniku, melewati detik pergantian yang seharusnya menjadi momen terbaik merefleksi diri ke depan.
Aku merasa sebagai orang yang begitu lemah dan teramat bodoh. Aku seperti MAlaikat yang tak mampu terbang dengan sayap-sayap putih indahnya. Aku bahkan tak lebih baik dari Iblis yang hanya bisa menggoda seorang Manusia untuk mengingkari Tuhannya.
Aku tak mampu berkata bahwa aku membutuhkanmu, karena kutahu kau tak akan percaya bahkan tak akan peduli dengan ucapan itu. Aku hanya berharap akan secercah cahaya yang masih kau sisakan buatku dalam gelap hatimu yang membutakan kedua matamu.
AKu mungkin bisa kembali terbang sebagai Malikat atau bahkan menjadi Manusia yang mampu membuat Iblis tersungkur dalam derita penyesalannya. Tapi saat ini aku tak lebih dari seorang pecundang yang merelakan semua berakhir tanpa sebuah usaha. Membuatmu pergi tanpa kata untuk kembali.
Sungguh malam ini menjadi refleksi buatku untuk kembali mebuka lembar hidup yang mesti tetap aku jalani. Sebuah senyuman mungkin baik untuk mengawali semua. Tapi aku harap tak hanya aku yang tersenyum sehingga membuatku tampak sendiri. aku ingin kau ada dan tersenyum buatku. Sperti kala itu, kau senyum tersipu dengan lugu. Senyum yang kau lontarkan buatku.
Tuhan, jika memang sosokku tak begitu hina untuk meminta kepadamu.
Aku inginkan senyuman itu dilontarkan untukku. Mengawali langkah dalam memulai cerita di tahun ini.
Aku ingin peluk erat dari pelupuk matanya yang sayup.
Aku ingin tangisan dari bening matanya yang khawatir akan diriku.
Aku ingin lontaran kasih sayang yang selau terucap dari bibirnya yang membuatku rindu.
Aku ingin pukulan hangat yang menandakan cinta dalam setiap perjumpaanku dengannya.
Aku ingin hidup untuknya dan bersamanya. Melewati ambang masa terakhirku sebelum menghadap kehadirat-Mu.
0 komentar:
Posting Komentar